Wednesday, January 26, 2011

Layar





















Hanya buat insan-insan….
Yang mengerti akan desiran bisikan sang ombak
Ku tuliskan pada helaian layar tak bernama
Yang ada pada nya tinta-tinta kehidupan
Dari Bisikan Hati yang sering terguris
Untuk bersemadi di makam indah
Lahirnya tidak dimengertikan
Matinya tidak difahami...

Ombak


Di jari halus semalam
Masih tertingggal kesan
Tanda pada sebuah ikatan
Telerainya tiada sempadan
Meniti arusan ombak deras
Memukul di pantai yang sepi
Beralunan pada batu karang
Tajamnya akan menghiris kulit
Di setiap kaki yang melangkah
Goresan luka kulit kian berdarah
Pulihnya takdir akan menentukan
Sang Ombak berterusan menderu
Menanggalkan sembilu di karangan
Yang melukakan pada setiap langkah

Khabarkan di angin yang lalu

Khabarkan di angin yang lalu...
Akan mimpi-mimpi yang tulus suci
Yang di terbitkan oleh pengharapan
Bak sang mentari di perbatasan waktu

Khabarkan di angin yang lalu...
Akan sebuah illusi mimpi semalam
Yang bangkitnya bersama haruman
Laksana aroma bunga yang syahdu

Khabarkan di angin yang lalu...
Akan gelapnya hati dan naluri
Ukiran terlakar masa dan waktu
Pada sebuah dunia yang fana

Melayu Satu


Oh...angin nan lalu
Sampaikan rinduku
Pada anak-anak desa
Yang berjuang di kota
Tidak mengira kerja
Agar hidupnya setia
Pada yang Satunya
Di perbatasan jiwa
Bertahtakan emas
Bersisik permata
Bernama melayu



Oh...angin nan lalu
Sepermergianku ini
Hembuskan jiwa nurani
Canakan semangat kental
Dan membakar sanubari
Berdiri dalam penyatuan
Dalam satu kesatuan
Demi pepaduan
Melayu Satu
Dirgahayu

Kesucian Terengganu


















Negeri Terengganu, Negeri bertuah
Ramainya pahlawan yang terbilang
Negeri Melayu yang kaya dan subur
Anugerah daripada Yang Maha Esa

Negeri Terengganu, Darul lah Iman
Aman makmur, Sultan nya berdaulat
Negeri Terengganu, di pelihara Allah
Kerana ramai kekasihNya ada disana

Wahai anak bangsa di tanah bertuah
Pertahankan kesucian pada bumi ini
Jangan utama kedipan emas permata
Jika tergadai maruah mu dan agama

Negeri Terengganu, harus di pelihara
Dari kemungkaran bermaharajalela
Agar Negeri tumbuh suci dan bersih
Dan mendapat keredhoan dari Illahi

Kasih Ibu




















Dari kasih mu...............................sebati di jiwa ku
Ibu, dengan kudrat dari...................Tuhan yang Maha Esa
Lahir ku dari kandungan mu....selama lebih daripada 9 bulan
Dikau yang telah menggadaikan nyawa mu demi kelahiran ku ini
Di saat aku hadir di dunia fana ini, aku di sajikan dengan susuan mu
Kedahagaan ku bukan sekadar berupakan air, malahan oleh kasih sayang
Dari sejak aku mula mengenali dunia ini, seingat nya aku, dikau berkorban
Detik malam ku di hangatkan dengan belaian jari jemari mu tidak kenal lelah
Ibu, dikau berkorban apa ada mu, baik nyawa, harta & masa tanpa sempadan
Kini aku telah kian membesar dengan kesegaran zahir & batin hasil insan mu
Saat telah berganti masa, bulan berganti tahun dan aku telah dewasa kini, Ibu
Dapat kah aku membalas budi & jasa baik mu terhadap diri ku selama ini?
Aku yang telah yang terlahir dari mu anugerah Yang Maha Berkuasa
Dan olehNya, aku telah di pesanNya untuk mengasihi diri mu
Tidak akan pernah ku tukarkan dengan emas permata
Atau pun dengan apa sekali pangkat & kuasa
Kerana tiada yang lebih berharga dari
Dapat mengembalikan nilai kasih
Seorang yang bernama Ibu
Dengan erti kasih
DaripadaNya
Anak mu
Ibu!

Hamba I





















Tuhanku
Aku adalah diriku
Aku di jadikan olehMu
Aku tidak akan sama mereka
Ingin aku menjadi hambaMu sejati
Walau pada peringkat yang bawah sekali
Sekiranya benar kiranya aku menjadi hambaMu
Akan ku perhambakan diri ku sepenuh hati untukMu
Bukan sekadar ucapan terucap dari bibir yang derhaka ini
Biar pun manusia akan memandangku jelek dengan sifat daif ku
Biar pun mereka akan mengata-gata akan diri ku dengan kata-kata nista
Biar ku telan semua nya seperti seperti hempedu dan juga buih masin di laut
Kerana ku tahu Engkau amat Mendengar jeritan dari hambaMu yang teraniaya

Hamba II





















Tuhanku
Hatiku berlagu
Biar terlerai jasad
Dari tubuh berdosa ini
Hidup dan mati ku untukMu
Kalau di benarkan diri ku berbakti
Memadai lah bagi diri ku keredhaanMu
Sekadar rahmat dari limpahan kasih sayangMu
Akan ku hitamkan dunia ini dari pandangan mata ku
Tidak ku impikan untuk di letak bersama merak kayangan
Tidak ku pinta akan emas dan permata menjadi habuan untuk ku
Tiada ada yang lain yang ingin ku pinta selain dari kasih dan sayangMu
Aku cuma hanya mampu memberikan padaMu apa adanya di hati kecil ku ini

Persada Rindu




Akan ku terokai ombak di persada rindu
Ku jejaki bayang-bayang pada kasihMu
Walau harus ku daki di lipatan hempedu
Ribuan tahunan akan tetap ku menunggu

Erti yang terbitnya dari sebuah illusi
Mimpi yang tak mungkin terpadam
Lahirnya dari semarak api kesucian
Terurai pada simpulan dari kasihMu

Cemara Jingga





















Kan ku petik sulaman bintang di angkasa
Akan pengertian darinya sebuah sejarah
Jaringan yang pernah kita lalui sersama
Di pucuk Buluh Perindu kasih bersemi

Kan ku abadi paparan wajah nan silam
Harapan di kaki langit dakian meninggi
Pada dentingan sukma ditalian Kecapi
Yang menusuk dipelusuk angin berlalu

Kan ku hentikan detik masa dan waktu
Pada nya ada tercatat sejarah bersama
Akan segar hidup nya di Cemara Jingga
Yang bersemadi pada sebuah ikatan suci

Kan ku tanam dikau jauh di Ufuk Selatan
Di Kutub pada nya kesejukan yang nyata
Pada nya biasa tidak ada tumbuhan hidup
Agar Cemara Jingga tetap segar bersama

Batas-batas Kemanusianku

keringatku jatuh dibumi merkah ini
bumi di mana kota ini menguncup
atas titisan air mata berdarah
darah nenek moyang ku
dan nenek moyang mu
dalam kota megah ini
di mana adanya desa
dan di batas-batas kota
di sebuarnya kamar tua
jatuhnya menunggu masa
kedatangan yang tidak di rela

saat…..sesaat
detik….sedetik
waktu…sewaktu
tidak kurelakan
menanti satu
penantian

untuk apa menanti?
untuk apa kata di ungkap?
seperti sebuah dongengan?
hikayat purba kala?
penglipur lara?
mainan lidah?
hiasan kata?

mengharap kemanusian cuma?
kemanusian ada harganya
berapa harga nilaiannya?
untuk dibenarkan hidup
meneruskan saki baki dunia

persoalan ku
persoalan mu
siapa yang mati?
menjadikan nya tuhan
menentukan rezeki
hidup dan mati
aku dan diri mu
dan untuk anak cucu kita
yang bergelar generasi baru

Tuhan ku
dan juga
Tuhan mu
hanyalah Satu
dan selamanya
tidak pernah dia
dan bukan anak cucunya

Pedang Pahlawan



















Meskipun zaman berlalu
Pedang yang tersergam megah
Di pautan tubuh berdarah pahlawan
Membakar disetiap sanubari yang kental
Bergolak bumi tujuh gunung dan tujuh lautan
Tidak akan berganjak kaki ini dari bumi pertiwi
Pada titisan darah terakhir akan terbela bangsaku
Desir angin meniupkan aroma semangat perwaja
Untuk dihirup puas anak-anak nurani bangsa
Kesenambungan dari peninggalan ibunda
Terpaut di lautan jiwa yang membara
Membujur lalu melintang patah
Pedang ini akan menanti